Kamis, 06 Juni 2013

Tinjauan Pustaka


2.11 Metode ANP
Banyak masalah keputusan yang tidak dapat terstruktur secara hirarki karena permasalahan keputusan melibatkan interaksi dan ketergantungan unsur-unsur yang lebih tinggi dalam hirarki pada unsur yang lebih rendah sehingga dikembangkanlah metode Analytical Network Process (ANP). Metode ANP dipresentasikan sebagai suatu jaringan (Saaty, 2005). Metode ANP dikembangkan oleh pakar dari Pittsburgh University bernama Thomas. L. Saaty. Kehadiran metode ANP mampu memperbaiki kelemahan dari metode AHP berupa kemampuan untuk mengakomodasi antar kriteria atau alternatif (Saaty dan Hall, 1999).
Struktur AHP adalah merumuskan permasalahan keputusan ke dalam hirarki dengan goal, kriteria keputusan, dan alternatif–alternatif. Penilaian dalam metode AHP mempresentasikan asumsi dari  independensi dari unsur–unsur pada tingkat lebih tinggi dari unsur-unsur pada tingkat yang lebih rendah dalam beberapa tingkatan struktur hirarki (Perçin, 2008). Metode AHP dianggap masih memiliki kekurangan dalam menentukan keterkaitan antara faktor-faktor (Perçin, 2008).
 Menurut Saaty (2001) metode ANP mampu mengakomodasi adanya saling keterkaitan dalam bentuk interaksi dan umpan balik dari elemen-elemen dalam klaster (inner dependence) atau antar klaster (outer dependence). Hubungan Inner dependencies dan outer dependencies dapat menangkap dan mewakili konsep dari hubungan saling mempengaruhi atau saling dipengaruhi di dalam dan antar elemen – elemen klaster. Melalui metode ANP, akan diprediksi dan dipresentasikan klaster disertai dugaan akan adanya interaksi di antara klaster-klaster dan elemen anggotanya termasuk kekuatan relatif dari interaksi–interaksi tersebut dalam usaha menangkap hubungan saling mempengaruhi (Saaty, 2001).
Metode Analytical Network Process (ANP) merupakan teori umum pengukuran relatif yang digunakan untuk menurunkan rasio prioritas komposit dari skala rasio individu yang mencerminkan pengukuran relatif dari pengaruh elemen–elemen saling berinteraksi berkenaan dengan kriteria kontrol (Saaty dan Hall, 1999). ANP menyediakan framework umum tanpa membuat asumsi–asumsi mengenai ketidakbergantungan dari elemen–elemen pada tingkat yang lebih tinggi dari elemen–elemen pada tingkat yang lebih rendah dan mengenai ketidaktergantungan dari tiap elemen-elemen dalam suatu tingkatan pada sebuah hirarkidari elemen–elemen pada tingkat yang lebih rendah dan mengenai ketidakbergantungan dari tiap–tiap elemen dalam suatu tingkatan pada sebuah hirarki (Saaty dan Hall, 1999). 
Di dalam metode ANP terdapat 2 kontrol yang perlu diperhatikan di dalam memodelkan sistem yang hendak diketahui bobotnya. Kontrol pertama adalah kontrol secara hirarki yang menunjukkan keterkaitan kriteria dan subkriteria dimana pada kontrol ini tidak membutuhkan struktur hirarki seperti pada metode AHP. Kontrol lainnya adalah kontrol keterkaitan yang menunjukkan adanya saling keterkaitan antar kriteria dan klaster.
Dalam membuat keputusan, perlu dibedakan antara struktur hirarki dan jaringan yang digunakan untuk mencerminkan bagian-bagiannya. Hirarki hanya menggambarkan suatu hubungan ketergantungan fungsional satu arah, yaitu ketergantungan level bagian bawah terhadap komponen (level) bagian atas. Jaringan mampu mengakomodasi ketergantungan fungsional dua arah yaitu komponen bagian bawah dan bagian atas saling tergantung secara fungsional. Sebuah ilustrasi yang menggambarkan tentang perbedaan hirarki dan jaringan ditunjukkan pada gambar 2.6 di bawah ini

Teknik ANP memiliki beberapa kelebihan antara lain :
  1. Dapat dihubungkan secara bebas, jaringan struktur ANP membuat representasi masalah keputusan yang memungkinkan, tanpa memperhatikan apa yang akan datang pertama dan apa yang datang berikutnya sebagai suatu hirarki.
  2. Prioritas ANP tidak hanya elemen-elemen saja, tetapi juga kelompok, kluster dari sekumpulan elemen yang seringkali dibutuhkan dalam dunia nyata. 
  3. Dapat menangkap pengaruh ketergantungan antar komponen secara timbal balik.
Metode ANP mengasumsikan bahwa pengambilan keputusan harus membuat perbandingan kepentingan antara dua pasangan atribut yang mungkin, menggunakan skala verbal untuk tiap varian seperti pada tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1 Matrik Perbandingan Berpasangan.

Skala 1 menunjukkan tingkat kepentingan sama antara dua komponen dan skala maksimal 9 untuk menunjukkan dominasi antara dua komponen pada baris dan komponen pada kolom. Masing–masing skala menunjukan perbandingan kepentingan antara elemen di dalam sebuah komponen dengan elemen di luar komponen (outer dependence) atau di dalam eleme terhadap elemen itu sendiri yang berada di dalam komponen dalam (inner dependence). Tidak setiap elemen memberikan pengaruh terhadap elemen dari komponen lain. Elemen yang tidak memberikan pengaruh pada elemen lain akan memberikan nilai nol.
Saaty dan Hall (1999) menjabarkan tahapan – tahapan dalam metode ANP sebagai berikut:
1. Menentukan hirarki kontrol termasuk kriteria dan subkriteria untuk membandingkan komponen sistem. Hirarki pertama untuk keuntungan, kedua untuk biaya, ketiga untuk peluang, dan keempat unutk risiko. Jika dalam beberapa kasus, hirarki tidak berlaku karena semua kriteria penting, sehingga tidak menggunakan hirarki itu. Untuk manfaat dan peluang, tentukan yang memberikan keuntungan paling besar atau menyajikan peluang terbesar untuk mempengaruhi pemenuhan dari kriteria kontrol. Untuk biaya dan risiko, tentukan apa yang menimbulkan sebagian biaya atau risiko terbesar yang dihadapi. Terkadang, perbandingan yang dibuat hanya dalam sisi manfaat, peluang, biaya, dan risiko secara agregat tanpa menggunakan kriteria dan subkriteria.
2.  Untuk setiap kriteria kontrol atau subkriteria, tentukan klaster dari sistem dengan elemen- elemen mereka.
3.   Untuk mengatur pengembangan model yang lebih bagus, untuk setiap kriteria kontrol, jumlah dan mengatur klaster dan elemen mereka dalam cara yang seharusnya (mungkin dalam bentuk kolom). Gunakan identik label untuk mewakili klaster dan elemen yang sama untuk setiap kriteria kontrol.
4.  Menentukan pendekatan yang ingin diikuti dalam analisis dari setiap klaster atau elemen, dipengaruhi oleh klaster dan elemen lainnya, atau mempengaruhi klaster lain dan elemen yang berhubungan dengan kriteria. Arti (yang dipengaruhi atau mempengaruhi) harus berlaku untuk semua kriteria untuk keempat hirarko kontrol.
5.   Untuk setiap kriteria kontrol, dibuat tabel tiga kolom yang menempatkan setiap label klaster pada kolom tengah. Daftar pada kolom kiri pada baris semua klaster yang mempengaruhi kluster, dan pada kolom yang disebelah kanan merupakan klaster yang dipengaruhi.
6.  Setelah setiap entri pada tabel di atas, dilakukan perbandingan berpasangan pada klaster sebagai yang mempengaruhi setiap klaster dan klaster yang dipengaruhi oleh kriteria. Bobot yang diperoleh digunakan untuk mengukur memboboti elemen–elemen dari kolom klaster yang terkait dari supermatriks yang sesuai untuk mengontrol kriteria. Menetapkan nilai nol bila tidak ada pengaruh.
7.   Lakukan perbandingan berpasangan pada elemen–elemen dalam klaster itu sendiri sesuai dengan pengaruh mereka pada setiap elemen di klaster lain yang terhubung ke mereka (atau elemen di klaster mereka sendiri). Perbandingan dibuat sehubungan dengan suatu kriteria atau subkriteria dengan hirarki kontrol
8.    Untuk setiap kriteria kontrol, dibangun supermatriks dengan meletakkan klaster ke dalam urutan penomoran mereka dan semua elemen pada klaster masing-masing baik secara vertikal di sebelah kiri dan horisontal di atas. Masukkan prioritas yang didapat dari perbandingan berpasangan pada posisi yang sesuai sebagai bagian (subkolom) dari kolom supermatriks tersebut sesuai.
9.    Hitunglah prioritas yang dibatasi untuk tiap supermatriks menurut apakah direduksi (primitif atau imprimitif) atau direduksi dengan satu menjadi akar sederhana atau ganda dan apakah sistem tersebut siklik atau tidak.
10. Mensintesis prioritas yang dibatasi dengan memboboti setiap supermatriks yang dibatasi dengan bobot dan kriteria kontrolnya dan menambahkan supermatriks-supermatriks hasil.
11.  Ulangi sintesis untuks setiap empat hirarki kontrol : pertama untuk manfaat, kedua untuk biaya, ketiga untuk peluang, dan keempat untuk risiko.
12. Mensintesis hasil dari empat hirarki kontrol dengan mengalikan manfaat dengan kesempatan dan membaginya antara biaya dikalikan dengan risiko. Kemudian, menampilkan alternatif prioritas tertinggi atau campuran alternatif yang diinginkan.

2.12 Penelitian Terdahulu dan Posisi Penelitian
Berdasarkan kajian literatur dari penelitian terdahulu, penelitian mengenai manajemen risiko telah banyak dilakukan, namun penelitian tentang manajemen risiko yang mempertimbangkan keterkaitan penyebab risiko dan keterkaitan risiko sejauh ini belum pernah dilakukan. Penelitian mengenai keterkaitan risiko relatif masih sedikit, seperti yang diungkapkan oleh Pfohl (2011).
Risiko di dalam rantai pasok tidak hanya di identifikasi sebagai kejadian yang terisolasi karena ada keterkaitan dengan risiko lain yang penting untuk memahami dampak risiko pada jaringan rantai pasok secara keseluruhan (Kayis dan Karningsih, 2012). Identifikasi hubungan sebab-akibat sangat penting karena ada pengaruh tersembunyi dari risiko yang berkaitan dengan risiko lain yang menyebabkan kerusakan secara subtansial. Dengan demikian, pemahaman yang baik tentang variasi sumber risiko dan keterkaitan risiko rantai pasok akan membantu dalam memahami dampak pada jaringan rantai pasok sehingga memudahkan manager perusahaan mengambil tindakan strategi untuk mengurangi risiko yang bisa terjadi di dalam perusahaan (Chopra and Sodhi, 2004).
Beberapa penelitian terdahulu yang telah membahas tentang manajemen risiko rantai pasok yang mempertimbangkan keterkaitan risiko pada rantai pasok dapat ditunjukkan pada tabel 2. 2 di bawah ini antara lain :







  Research Gap untuk penelitian ini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar