2.11 Metode ANP
Banyak masalah
keputusan yang tidak dapat terstruktur secara hirarki karena permasalahan
keputusan melibatkan interaksi dan ketergantungan unsur-unsur yang lebih tinggi
dalam hirarki pada unsur yang lebih rendah sehingga dikembangkanlah metode Analytical Network Process (ANP). Metode
ANP dipresentasikan sebagai suatu jaringan (Saaty, 2005). Metode ANP
dikembangkan oleh pakar dari Pittsburgh University bernama Thomas. L. Saaty. Kehadiran
metode ANP mampu memperbaiki kelemahan dari metode AHP berupa kemampuan untuk
mengakomodasi antar kriteria atau alternatif (Saaty dan Hall, 1999).
Struktur AHP adalah
merumuskan permasalahan keputusan ke dalam hirarki dengan goal, kriteria
keputusan, dan alternatif–alternatif. Penilaian dalam metode AHP
mempresentasikan asumsi dari
independensi dari unsur–unsur pada tingkat lebih tinggi dari unsur-unsur
pada tingkat yang lebih rendah dalam beberapa tingkatan struktur hirarki (Perçin, 2008). Metode AHP
dianggap masih memiliki kekurangan dalam menentukan keterkaitan antara
faktor-faktor (Perçin, 2008).
Menurut Saaty (2001) metode ANP mampu
mengakomodasi adanya saling keterkaitan dalam bentuk interaksi dan umpan balik
dari elemen-elemen dalam klaster (inner dependence)
atau antar klaster (outer dependence).
Hubungan Inner dependencies dan outer dependencies dapat menangkap dan
mewakili konsep dari hubungan saling mempengaruhi atau saling dipengaruhi di dalam
dan antar elemen – elemen klaster. Melalui metode ANP, akan diprediksi dan
dipresentasikan klaster disertai dugaan akan adanya interaksi di antara klaster-klaster
dan elemen anggotanya termasuk kekuatan relatif dari interaksi–interaksi
tersebut dalam usaha menangkap hubungan saling mempengaruhi (Saaty, 2001).
Metode Analytical Network Process (ANP)
merupakan teori umum pengukuran relatif yang digunakan untuk menurunkan rasio
prioritas komposit dari skala rasio individu yang mencerminkan pengukuran
relatif dari pengaruh elemen–elemen saling berinteraksi berkenaan dengan
kriteria kontrol (Saaty dan Hall, 1999). ANP
menyediakan framework umum tanpa membuat
asumsi–asumsi mengenai ketidakbergantungan dari elemen–elemen pada tingkat yang
lebih tinggi dari elemen–elemen pada tingkat yang lebih rendah dan mengenai
ketidaktergantungan dari tiap elemen-elemen dalam suatu tingkatan pada sebuah
hirarkidari elemen–elemen pada tingkat yang lebih rendah dan mengenai
ketidakbergantungan dari tiap–tiap elemen dalam suatu tingkatan pada sebuah hirarki
(Saaty dan Hall, 1999).
Di dalam metode ANP
terdapat 2 kontrol yang perlu diperhatikan di dalam memodelkan sistem yang
hendak diketahui bobotnya. Kontrol pertama adalah kontrol secara hirarki yang
menunjukkan keterkaitan kriteria dan subkriteria dimana pada kontrol ini tidak
membutuhkan struktur hirarki seperti pada metode AHP. Kontrol lainnya adalah
kontrol keterkaitan yang menunjukkan adanya saling keterkaitan antar kriteria
dan klaster.
Dalam membuat
keputusan, perlu dibedakan antara struktur hirarki dan jaringan yang digunakan
untuk mencerminkan bagian-bagiannya. Hirarki hanya menggambarkan suatu hubungan
ketergantungan fungsional satu arah, yaitu ketergantungan level bagian bawah
terhadap komponen (level) bagian atas. Jaringan mampu mengakomodasi
ketergantungan fungsional dua arah yaitu komponen bagian bawah dan bagian atas
saling tergantung secara fungsional. Sebuah ilustrasi yang menggambarkan
tentang perbedaan hirarki dan jaringan ditunjukkan pada gambar 2.6 di bawah ini
Teknik ANP memiliki beberapa kelebihan antara lain :
- Dapat dihubungkan secara bebas, jaringan struktur ANP membuat representasi masalah keputusan yang memungkinkan, tanpa memperhatikan apa yang akan datang pertama dan apa yang datang berikutnya sebagai suatu hirarki.
- Prioritas ANP tidak hanya elemen-elemen saja, tetapi juga kelompok, kluster dari sekumpulan elemen yang seringkali dibutuhkan dalam dunia nyata.
- Dapat menangkap pengaruh ketergantungan antar komponen secara timbal balik.
Metode ANP
mengasumsikan bahwa pengambilan keputusan harus membuat perbandingan
kepentingan antara dua pasangan atribut yang mungkin, menggunakan skala verbal
untuk tiap varian seperti pada tabel 2.1 berikut ini :
Tabel
2.1 Matrik Perbandingan Berpasangan.
Skala 1 menunjukkan
tingkat kepentingan sama antara dua komponen dan skala maksimal 9 untuk
menunjukkan dominasi antara dua komponen pada baris dan komponen pada kolom. Masing–masing
skala menunjukan perbandingan kepentingan antara elemen di dalam sebuah
komponen dengan elemen di luar komponen (outer
dependence) atau di dalam eleme terhadap elemen itu sendiri yang berada di
dalam komponen dalam (inner dependence).
Tidak setiap elemen memberikan pengaruh terhadap elemen dari komponen lain.
Elemen yang tidak memberikan pengaruh pada elemen lain akan memberikan nilai
nol.
Saaty dan Hall (1999) menjabarkan
tahapan – tahapan dalam metode ANP sebagai berikut:
1. Menentukan
hirarki kontrol termasuk kriteria dan subkriteria untuk membandingkan komponen
sistem. Hirarki pertama untuk keuntungan, kedua untuk biaya, ketiga untuk
peluang, dan keempat unutk risiko. Jika dalam beberapa kasus, hirarki tidak
berlaku karena semua kriteria penting, sehingga tidak menggunakan hirarki itu.
Untuk manfaat dan peluang, tentukan yang memberikan keuntungan paling besar
atau menyajikan peluang terbesar untuk mempengaruhi pemenuhan dari kriteria
kontrol. Untuk biaya dan risiko, tentukan apa yang menimbulkan sebagian biaya
atau risiko terbesar yang dihadapi. Terkadang, perbandingan yang dibuat hanya
dalam sisi manfaat, peluang, biaya, dan risiko secara agregat tanpa menggunakan
kriteria dan subkriteria.
2. Untuk
setiap kriteria kontrol atau subkriteria, tentukan klaster dari sistem dengan
elemen- elemen mereka.
3. Untuk
mengatur pengembangan model yang lebih bagus, untuk setiap kriteria kontrol,
jumlah dan mengatur klaster dan elemen mereka dalam cara yang seharusnya
(mungkin dalam bentuk kolom). Gunakan identik label untuk mewakili klaster dan
elemen yang sama untuk setiap kriteria kontrol.
4. Menentukan
pendekatan yang ingin diikuti dalam analisis dari setiap klaster atau elemen,
dipengaruhi oleh klaster dan elemen lainnya, atau mempengaruhi klaster lain dan
elemen yang berhubungan dengan kriteria. Arti (yang dipengaruhi atau
mempengaruhi) harus berlaku untuk semua kriteria untuk keempat hirarko kontrol.
5. Untuk
setiap kriteria kontrol, dibuat tabel tiga kolom yang menempatkan setiap label
klaster pada kolom tengah. Daftar pada kolom kiri pada baris semua klaster yang
mempengaruhi kluster, dan pada kolom yang disebelah kanan merupakan klaster
yang dipengaruhi.
6. Setelah
setiap entri pada tabel di atas, dilakukan perbandingan berpasangan pada klaster
sebagai yang mempengaruhi setiap klaster dan klaster yang dipengaruhi oleh
kriteria. Bobot yang diperoleh digunakan untuk mengukur memboboti elemen–elemen
dari kolom klaster yang terkait dari supermatriks yang sesuai untuk mengontrol
kriteria. Menetapkan nilai nol bila tidak ada pengaruh.
7. Lakukan
perbandingan berpasangan pada elemen–elemen dalam klaster itu sendiri sesuai dengan
pengaruh mereka pada setiap elemen di klaster lain yang terhubung ke mereka
(atau elemen di klaster mereka sendiri). Perbandingan dibuat sehubungan dengan
suatu kriteria atau subkriteria dengan hirarki kontrol
8. Untuk
setiap kriteria kontrol, dibangun supermatriks dengan meletakkan klaster ke
dalam urutan penomoran mereka dan semua elemen pada klaster masing-masing baik
secara vertikal di sebelah kiri dan horisontal di atas. Masukkan prioritas yang
didapat dari perbandingan berpasangan pada posisi yang sesuai sebagai bagian
(subkolom) dari kolom supermatriks tersebut sesuai.
9. Hitunglah
prioritas yang dibatasi untuk tiap supermatriks menurut apakah direduksi (primitif
atau imprimitif) atau direduksi dengan satu menjadi akar sederhana atau ganda
dan apakah sistem tersebut siklik atau tidak.
10. Mensintesis
prioritas yang dibatasi dengan memboboti setiap supermatriks yang dibatasi
dengan bobot dan kriteria kontrolnya dan menambahkan supermatriks-supermatriks
hasil.
11. Ulangi
sintesis untuks setiap empat hirarki kontrol : pertama untuk manfaat, kedua
untuk biaya, ketiga untuk peluang, dan keempat untuk risiko.
12. Mensintesis
hasil dari empat hirarki kontrol dengan mengalikan manfaat dengan kesempatan
dan membaginya antara biaya dikalikan dengan risiko. Kemudian, menampilkan
alternatif prioritas tertinggi atau campuran alternatif yang diinginkan.
2.12
Penelitian Terdahulu dan Posisi Penelitian
Berdasarkan kajian
literatur dari penelitian terdahulu, penelitian mengenai manajemen risiko telah
banyak dilakukan, namun penelitian tentang manajemen risiko yang mempertimbangkan
keterkaitan penyebab risiko dan keterkaitan risiko sejauh ini belum pernah
dilakukan. Penelitian mengenai keterkaitan risiko relatif masih sedikit,
seperti yang diungkapkan oleh Pfohl (2011).
Risiko di dalam rantai
pasok tidak hanya di identifikasi sebagai kejadian yang terisolasi karena ada
keterkaitan dengan risiko lain yang penting untuk memahami dampak risiko pada
jaringan rantai pasok secara keseluruhan (Kayis dan Karningsih, 2012). Identifikasi
hubungan sebab-akibat sangat penting karena ada pengaruh tersembunyi dari
risiko yang berkaitan dengan risiko lain yang menyebabkan kerusakan secara
subtansial. Dengan demikian, pemahaman yang baik tentang variasi sumber risiko
dan keterkaitan risiko rantai pasok akan membantu dalam memahami dampak pada
jaringan rantai pasok sehingga memudahkan manager perusahaan mengambil tindakan
strategi untuk mengurangi risiko yang bisa terjadi di dalam perusahaan (Chopra and Sodhi, 2004).
Beberapa penelitian terdahulu
yang telah membahas tentang manajemen risiko rantai pasok yang mempertimbangkan
keterkaitan risiko pada rantai pasok dapat ditunjukkan pada tabel 2. 2 di bawah
ini antara lain :
Research Gap untuk penelitian ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar