Kamis, 06 Juni 2013

Metode Penelitian




BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam menyelesaikan permasalahan–permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini diperlukan suatu diagram alir yang terstruktur dan sistematis melalui suatu metode penelitian. Metode dalam penelitian ini mengacu pada framework yang dikembangkan dari studi literatur. Kerangka kerja ini berisi langkah-langkah dan landasan untuk melakukan identifikasi risiko, menilai risiko, evaluasi risiko, dan perancangan strategi mitigasi dalam rantai pasok perusahaan. Untuk mengetahui tahpan-tahapan dari metodologi penelitian yang akan digunakan dapat dilihat lebih lanjut pada gambar 3.1 sebagai berikut :





3.1 Pemetaan Aktivitas Bisnis Dalam Rantai Pasok
Pada tahap awal penelitian dilakukan dengan memetakan aktivitas proses bisnis dari rantai pasok. Pemetaan proses bisnis rantai pasok berdasarkan model SCOR seperti plan-source-make-deliver-return. Pemetaan proses bisnis rantai pasok secara menyeluruh bertujuan untuk mengidentifikasi kejadian risiko dan penyebab risiko.

3.2 Identifikasi Risiko
Tahapan awal dari manajemen risiko rantai pasok adalah identifikasi risiko. Proses ini meliputi mengidentifikasi kejadian risiko dan penyebab risiko, serta mengidentifikasi keterkaitan antar masing-masing risiko dan antar masing-masing penyebab risiko. Proses identifikasi risiko bertujuan untuk mengetahui penyebab risiko dan risiko yang mungkin bisa terjadi pada setiap aktivitas bisnis proses rantai pasok serta melihat adanya hubungan keterkaitan.  Untuk memudahkan proses identifikasi risiko, penyebab risiko, dan hubungan keterkaitannya bisa dilakukan dengan teknik wawancara serta kuesioner dengan para manager perusahaan yang ahli di bagian pengadaan barang dan jasa, manager bagian produksi, bagian warehousing, dan bagian distribusi dan transportasi.

3.3 Penilaian Risiko
Pada proses penilaian risiko ini bertujuan untuk menilai probabilitas dari terjadinya penyebab risiko dan menilai besarnya dampak dari kejadian risiko. Nilai dampak merupakan efek yang ditimbulkan dari kejadian risiko, dan nilai peluang merupakan frekuensi terjadinya penyebab risiko. Selain itu, pada proses penilaian risiko ini juga memiliki tujuan untuk menentukan besarnya korelasi antara agen risiko dan kejadian risiko. Besarnya probabilitas dari terjadinya agen risiko  dan dampak dari kejadian risiko dapat dinilai dengan menggunakan skala 1-10. Sedangkan untuk menghitung korelasinya juga dapat dinilai dengan menggunakan skala 0,1,3,9.
Setelah menentukan probabilitas penyebab risiko, dampak dari risiko, korelasi antara penyebab risiko dan risiko selanjutnya dapat menentukan besarnya nilai Aggregate Risk Potential (ARP). ARP merupakan aggregate dampak kerusakan yang dihasilkan dari kejadian risiko yang disebabkan juga oleh penyebab risiko. Besarnya ARP ikut diperhitungkan karena penyebab risiko akan mendorong terjadinya beberapa risiko. Besranya nilai ARP dapat dihitung dari perkalian probabilitas agen risiko dengan aggregate dampak yang dihasilkan oleh kejadian risiko yang disebabkan oleh penyebab risiko.

3.4 Formulasi Model Diagram Sebab-Akibat
Pada tahap ini dilakukan penggambaran model dengan menggunakan diagram sebab akibat. Dengan diagram sebab akibat dapat dijadikan sebagai alat bantu menggambarkan hubungan antara kejadian risiko dan penyebab risiko. Risiko yang telah didapatkan sebelumnya diperkirakan mempunyai hubungan sebab akibat dengan penyebab risiko, kemudian melakukan formulasi model.

3.5 Validasi Model
Validasi Model dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah model yang akan dikembangkan sesuai dengan kondisi nyata di lapangan. Proses validasi model dibantu oleh beberapa ahli di bidangnya sehingga akan didapatkan model yang sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan.

3.6 Penentuan Goal, Klaster, Kriteria, dan Subkriteria
Untuk menggambarkan besarnya keterkaitan masing-masing risiko dan keterkaitan masing-masing penyebab risko diperlukan metode yang mampu menangkap hubungan keterkaitan yang dikenal dengan metode ANP. Tahapan awal sebelum masuk ke dalam model ANP yaitu menentukan goal, klaster, kriteria, dan subkriteria. Goal yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk memprioritaskan sejumlah penyebab risiko rantai pasok untuk diberi tindakan mitigasi.
Dalam penelitian ini, penentuan klaster akan dibagi ke dalam 2 klaster, yaitu klaster kriteria dan klaster subkriteria. Klaster kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua kejadian risiko yang berhasil teridentifikasi, sedangkan untuk klaster subkriteria adalah semua penyebab risiko yang berhasil teridentifikasi.

3.7 Pembuatan Analytic Network Process
Dari kriteria dan subkriteria yang telah ditentukan diatas, maka selanjutnya akan dibuat jaringan awal untuk mengidentifikasi dan menangkap adanya hubungan saling mempengaruhi.
Metode ANP memiliki 2 hubungan yaitu hubungan inner dependence dan hubungan outer dependence. Hubungan outer dependence adalah hubungan yang terjadi pada kriteria dalm sebuah klaster dengan kriteria lain dalam kluster berbeda. Hubungan inner dependence adalah hubungan yang terjadi antar kriteria dimana kriteria-kriteria tersebut berada dalam klaster yang sama.

3.8 Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner
Pembuatan kuesioner ini dibuat berdasarkan jaringan ANP yang ada. Data-data yang diperlukan untuk proses pembobotan akan diperoleh dari hasil kuesioner yang dibagikan dan diisi oleh para manager perusahaan. Kuesioner bertujuan mengetahui seberapa besar hubungan keterkaitan berdasarkan penilaian dari responden. Pengisian kuesioner ini akan menggunakan skala 1-9.
Kuesioner akan dibagi ke dalam 3 bagian yaitu seberapa besar hubungan keterkaitan antar kriteria, hubungan keterkaitan antara kriteria dan sub kriteria, dan hubungan keterkaitan antar subkriteria.

3.9 Pengolahan data dengan metode ANP
Setelah mendapatkan data berdasarkan hasil kuesioner, langkah selanjutnya adalah hasil penilaian dari kuesioner kemudian diolah dengan software super decision untuk selanjutnya mendapatkan bobot dari masing-masing kriteria dan subkriteria.

3.10 Perhitungan Vektor Prioritas
Langkah selanjutnya adalah evaluasi vektor prioritas untuk dapat mengetahui konsistensi logis dari kuesioner. Apabila menggunakan software super decision, cukup memasukkan nilai pada matriks perbandingan yang diperoleh dari kuesioner yang telah di isi oleh responden maka akan secara otomatis dapat mengetahui nilai dari konsistensi logis dari tiap kuesioner.
           
3.11 Supermatriks
Pada perhitungan supermatriks dapat dilakukan dengan mengumpulkan semua nilai vektor prioritas dari semua matriks perbandingan berpasangan ke dalam supermatriks. Supermatriks dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

  •  Perhitungan Unweighted Supermatriks
Unweigth supermatriks merupakan nilai dari vektor prioritas yang tidak memperhitungkan adanya perbandingan berpasangan antar klaster.
  • Perhitungan Weighted Supermatriks
Weighted Supermatriks memiliki hirarki yang sama dengan unweighted supermatriks, perbedaannya terdapat pada perbandingan antara kriteria dan subkriteria.
  • Perhitungan Limiting Supermatriks
Hasil iterasi perkalian weighted supermatriks dengan dirinya sendiri sehingga diperoleh nilai yang sama pada setiap barisnya. Limit supermatriks menampilkan batas akhir matriks, dimana batas akhir ini merupakan kolom matriks stokastik dan mewakili eigenvektor akhir. Dengan didapatkannya hasil limiting supermatriks ini maka akan didapatkan pula bobot dari masing-masing kriteria dan juga bobot dari masing-masing subkriteria yang ada dalam model ANP.
3.12  Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko bertujuan untuk menentukan besarnya nilai ARP, merangking penyebab risiko, dan memprioritaskan penyebab risiko. Perhitungan nilai ARP ditentukan kembali karena ada kemungkinan perubahan probabilitas penyebab risiko yang awalnya terjadinya sangat kecil menjadi besar dan sebaliknya, perubahan ini dapat dilihat dari hasil dari pengolahan dengan metode ANP.
 Setelah nilai ARP ditentukan, maka dapat dilakukan perangkingan untuk masing-masing penyebab risiko berdasarkan nilai ARP. Kemudian memberikan prioritas untuk masing-masing risiko mana yang harus ditangani terlebih dahulu untuk tindakan pencegahan penyebab risiko.

3.13 Strategi Mitigasi Terhadap Penyebab Risiko (Agen Risiko)
Berdasarkan nilai ARP masing-masing penyebab risiko, penyebab risiko yang memiliki peringkat nilai ARP tertinggi akan diambil untuk diberikan tindakan pencegahan. Kemudian, mengidentifikasi tindakan pencegahan yang dianggap efektif untuk mencegah penyebab risiko secara tepat. Besarnya korelasi antara tindakan pencegahan dengan penyebab risiko juga penting diperhitungkan. Selanjutnya, menghitungan besarnya total keefektifan suatu tindakan (TEK) dari penjumlahan hasil perkalian nilai korelasi antara agen-agen risiko dengan nilai ARP. Setelah besar nilai TEK diperoleh maka selanjutnya menentukan nilai ;Sedangkan nilai ETD (Effectiveness to Difficulty Ratio) diperoleh dari pembagian antara nilai total keefektifan tindakan dengan tingkat kesulitannya. Besarnya tingkat ETD menggambarkan besarnya sumber daya dan uang yang diperlukan untuk melakukan tindakan pencegahan. Kemudian dari nilai ETD yang diperoleh akan mendapatkan tindakan yang tepat untuk menangani penyebab risiko. Tindakan pencegahan dianggap tepat apabila memiliki nilai ETD besar.

3.14 Jadwal Pelaksanaan
Penelitian ini direncanakan berjalan selama 8 minggu dengan rincian sebagai berikut:


Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Tesis



Tidak ada komentar:

Posting Komentar