BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rantai pasok merupakan
jaringan perusahaan-perusahaan yang bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan
menghantarkan suatu produk ke tangan pelanggan (Pujawan dan Mahendrawathi, 2010). Sebuah produk
akan sampai ke tangan konsumen akhir melewati beberapa proses mulai dari
pencarian bahan baku, proses produksi, proses distribusi dan transportasi. Rantai
pasok melibatkan banyak perusahaan diantaranya pemasok, pabrik, distributor,
toko atau ritel, dan perusahaan jasa logistik. Perusahaan-perusahaan yang
terlibat dalam jaringan rantai pasok memiliki tujuan yang sama untuk memenuhi
kebutuhan konsumen akhir.
Supply chain mangement
(SCM) muncul sebagai tanggapan terhadap persaingan semakin ketat dari masa ke
masa yang ditandai dengan keinginan konsumen yang semakin beragam, semakin
pendeknya siklus hidup dari suatu produk, semakin beragamnya jenis produk, dan
banyaknya bisnis baru akibat dari adanya globalisasi. Menghadapi persaingan yang
semakin ketat seperti saat ini, maka diperlukan management yang efektif dan
efisien. SCM menawarkan bahwa efisiensi dalam satu perusahaan saja tidak cukup,
upaya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas harus diperlebar untuk
mengikutkan partner-partner dalam keseluruhan rantai pasok. Supply chain management
(SCM) dapat didefinisikan sebagai metode, alat, atau pendekatan yang
terintegrasi dengan dasar semangat kolaborasi dan koordinasi untuk mengelola
jaringan perusahaan-perusahaan (supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel,
serta perusahaan pendukung seperti jasa logistik) secara bersama-sama bekerja
untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan konsumen (Pujawan dan Mahendrawathi, 2010). Selain itu, SCM
juga dapat diartikan sebagai proses yang terus-menerus dan berkelanjutan untuk
mengkoordinasikan aktivitas perusahaan dan juga seluruh perusahaan yang
terlibat di dalamnya.
Supply chain management
(SCM) tidak hanya berorientasi pada urusan internal sebuah perusahaan,
melainkan juga urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan
perusahaan-perusahaan partner. Perusahaan-perusahaan yang berada dalam rantai
pasok memiliki tujuan yang sama untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir yang
sama untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerjasama dan kolaborasi antara
perusahaan yang terlibat dalam jaringan rantai pasok untuk menghasilkan produk
yang murah, berkualitas, dan pengiriman tepat waktu.
Dalam proses mengelola
rantai pasok di situasi persaingan seperti saat ini tidak menutup kemungkinan terjadi
risiko yang akan mempengaruhi kelancaran aliran rantai pasok. Ketidakpastiaan
pasokan dan permintaan, adanya globalisasi dari rantai pasok, siklus hidup dari
suatu produk semakin pendek, meningkatnya pengunaan outsourcing, dan
keterbatasan kapasitas merupakan pemicu terjadinya risiko pada rantai pasok (Norrman dan Jansson, 2004). Dengan
demikian, kunci utama dalam mengelola rantai pasok adalah kemampuan untuk
mengenali dan mengurangi jenis risiko berbeda yang melekat dalam rantai pasok (Samaddar and Nargundkar, 2010).
Risiko akan selalu
melekat dalam aktivitas bisnis dan risiko dapat datang dalam berbagai bentuk (Harland dkk, 2003). Risiko dalam
rantai pasok didefinisikan sebagai suatu kejadian tak terduga yang mungkin akan
terjadi untuk mengganggu aliran dari bahan baku selama perjalanan dari pemasok
hingga sampai ke tangan konsumen akhir (Waters, 2007). Berdasarkan
penyebabnya, sumber risiko dapat dikategorikan menjadi 5 kategori yaitu risiko berasal
dari lingkungan eksternal, risiko berasal dari industri, risiko berasal dari
rantai pasok, risiko berasal dari hubungan dengan rekanan bisnis, risiko
berasal dari aktivitas di dalam organisasi (Olson dan Wu, 2010).
Timbulnya risiko akan
membawa permasalahan operasional, kerugian secara financial, bahkan dapat menghentikan kelangsungan bisnis. Seperti
yang dialami oleh perusahaan Ericsson yang tidak dapat memenuhi permintaan
konsumen disebabkan oleh peristiwa kebakaran yang terjadi pada pemasok utamanya,
sehingga Ericsson menderita kerugian sebesar US $2.34 miliyar (Sheffi, 2005).
Jika risiko yang muncul
berpotensi mengganggu aktivitas dari aliran rantai pasok, maka risiko tersebut
perlu ditangani dengan baik melalui pendekatan yang sistematis dan terstruktur
yang dikenal dengan manajemen risiko rantai pasok. Manajemen risiko rantai
pasok merupakan manajemen dari risiko rantai pasok melalui kordinasi atau
kolaborasi antara anggota rantai pasok sehingga dapat memastikan
keberlangsungan dan keuntungan (Tang, 2006). Tujuan dari
manajemen rantai pasok adalah memfokuskan untuk memahami, dan mencoba
menghindari dampak yang merugikan dari sebuah gangguan bisnis yang dapat
dimiliki oleh rantai pasok (Norrman dan Jansson, 2004). Dengan
demikian, penerapan manajemen risiko rantai pasok di dalam perusahaan akan
membantu manager untuk mengambil tindakan secara langsung serta mengkontrol
munculnya risiko-risiko baru yang mungkin terjadi.
Secara umum, manajemen
risiko rantai pasok melibatkan proses-proses yang terdiri dari identifikasi
risiko, penilaian risiko, evaluasi risiko, dan mitigasi risiko. Oleh karena
itu, faktor risiko dapat dipertimbangkan ke dalam tiga hal, yaitu apa yang
menjadi penyebab risiko, dimana risiko dapat muncul, dan apa saja yang terkait
dengan risiko tersebut (Gaudenzi dan Borghesi, 2006).
Identifikasi risiko
merupakan tahapan penting dalam manajemen risiko rantai pasok. Identifikasi
risiko dapat dijadikan sebagai salah satu cara mengidentifikasi risiko dan
sumber risiko yang mungkin terjadi di dalam jaringan rantai pasok. Namun,
proses identifikasi risiko tidak hanya mengidentifikasi potensial risiko serta
sumber risiko, tetapi juga harus mempertimbangkan adanya keterkaitan beberapa
risiko dalam jaringan rantai pasok (Kayis dan Karningsih, 2012). Menurut Chopra dan Sodhi (2004), mengelola
risiko dalam rantai pasok bukanlah hal yang mudah karena masing-masing risiko
memiliki keterkaitan sehingga saat melakukan strategi mitigasi pada salah satu
risiko akan menimbulkan risiko baru atau akan berdampak pada risiko lainnya. Identifikasi
hubungan sebab-akibat sangat penting karena ada pengaruh tersembunyi dari
risiko yang berkaitan dengan risiko lain yang menyebabkan kerusakan secara
subtansial. Dengan demikian, pemahaman yang baik tentang variasi sumber risiko
dan keterkaitan risiko rantai pasok akan membantu dalam memahami dampak pada
jaringan rantai pasok sehingga memudahkan manager perusahaan mengambil tindakan
strategi untuk mengurangi risiko yang bisa terjadi di dalam perusahaan. Akan
tetapi, masih sedikitnya penelitian terdahulu yang melakukan penelitian yang
mempertimbangkan keterkaitan antara risiko dalam jaringan rantai pasok (Pfohl dkk, 2011).
Penelitian terdahulu yang
telah melakukan penelitian tentang identifikasi risiko rantai pasok diantaranya
adalah Neiger dkk (2009) yang
mengusulkan metodologi untuk identifikasi risiko berdasarkan pada value-focused process engineering
(VFPE). Metodologi VFPE merupakan gabungan dari proses dan tujuan berdasarkan
pendekatan model bisnis. Selain itu, VFPE menciptakan hubungan antara proses
bisnis, dan tujuan bisnis pada tingkat strategik dan operasional. Penelitian
ini memiliki keterbatasan pada evaluasi empiris.
Penelitian terdahulu
yang telah membahas dan mempertimbangkan keterkaitan risiko pada rantai pasok
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Pfohl dkk (2011) yang
mengusulkan metode Interpretive
structural modelling (ISM) yang terbukti dapat menstrukturkan risiko pada
rantai pasok dan mengidentifikasi keterkaitan antar risiko-risiko pada rantai
pasok dan mendukung managers dalam mengidentifikasi keterkaitan risiko rantai
pasok pada tingkat berbeda (3PL, first-tier supplier, focal company).
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah permasalahan yang sangat kompleks
untuk mempelajari keterkaitan risiko pada rantai pasok maka metode ISM ini memerlukan
pengujian validasi dengan metode statistik, namun dalam penelitian ini belum
melakukan pengujian validasi terhadap model yang dikembangkan sehingga untuk
penelitian selanjutnya akan direncanakan pengujian validasi menggunakan SEM.
Tahapan selanjutnya
setelah proses identifikasi risiko adalah tahapan penilaian risiko. Di dalam
tahapan ini, penilaian risiko berdasarkan literatur meliputi evaluasi dari
peluang terjadinya risiko dan memperkirakan dampak yang dihasilkan dari
kejadian risiko (Manuj dan Mentzer, 2008; Ritchie dan Briendley, 2007). Penelitian
terdahulu yang membahas tentang penilaian risiko pernah dilakukan oleh Gaudenzi dan Borghesi (2006) yang
mengusulkan metodologi analytical
hierarchy process (AHP) untuk mengidentifikasi faktor risiko. Metode AHP
akan membantu manager dalam memprioritaskan tujuan rantai pasok, identifikasi
indikator risiko, menilai potensial dampak, dan hubungan sebab akibat sepanjang
rantai. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah pengembangan model tetap harus
dipertimbangkan jika memiliki kemampuan yang efektif dalam mengelola hubungan
sebab-akibat antara indikator. Namun, dalam penelitian ini indikator yang diidentifikasi
terlalu banyak mengakibatkan evaluasi tidak menjadi akurat dan tidak efektif.
Selanjutnya, tahap terakhir
adalah tahapan mitigasi risiko. Pada tahapan ini, perusahaan mengambil tindakan
yang dianggap tepat dalam meminimalisir risiko pada rantai pasok. Tahapan strategi
mitigasi risiko juga memerlukan kerja sama dengan beberapa perusahaan di dalam
jaringan rantai pasok melalui koordinasi dan kolaborasi yang baik untuk melakukan
identifikasi risiko dan penyebab risiko, mengontrol risiko-risiko baru yang bisa
terjadi, dan selanjutnya dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mengurangi
probabilitas dari risiko dan mengurangi dampak dari risiko.
Penelitian terdahulu
yang membahas mengenai strategi mitigasi risiko pernah diusulkan oleh Pujawan dan Geraldin (2009). Framework yang
diusulkan dikenal dengan istilah House of
Risk (HoR). Framework yang dikembangkan merupakan penggabungan dari konsep failure modes analysis dan House of
Quality. Tujuan dari pengembangan framework ini untuk mengidentifikasi
risiko dan merancang strategi mitigasi untuk mengurangi probabilitas kemunculan
dari penyebab risiko (agen risiko) dengan memberikan tindakan pencegahan pada
penyebab risiko. Agen risiko dikatakan sebagai faktor pendorong timbulnya
beberapa risiko. Dengan demikian, tindakan pencegahan terhadap agen risiko
berguna untuk mengurangi beberapa risiko terjadi dan dapat meminimalisir dampak
dari kejadian risiko yang terjadi. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah masih
belum dipertimbangkannya keterkaitan antara kejadian risiko.
Berdasarkan penelitian
terdahulu yang membahas tentang manajemen risiko rantai pasok dengan
mempertimbangkan keterkaitan risiko-risiko rantai pasok sudah pernah dikaji
dalam banyak literatur, salah satunya dikaji oleh Pfohl dkk (2011). Sedangkan penelitian
terkait strategi mitigasi pada agen risiko/penyebab risiko sudah pernah
dilakukan oleh Pujawan dan Geraldin (2009).
Untuk mengisi celah
penelitian selanjutnya, penulis melakukan kajian dari berbagai sumber
literatur, sejauh ini belum ada penelitian terdahulu yang pernah melakukan
penelitian mengenai manajemen risiko rantai pasok dengan mempertimbangkan
keterkaitan risiko-risiko rantai pasok dan keterkaitan antar penyebab risiko. Pemahaman
keterkaitan ini penting untuk diteliti karena dengan memahami variasi risiko
dan memahami keterkaitan risiko-risiko akan memudahkan dalam mengambil
langkah-langkah yang tepat dan akurat untuk mengurangi dampak dari kejadian
risiko dan mengurangi probabilitas kemunculan dari penyebab risiko.
Namun, memahami
keterkaitan ini tidak cukup hanya memahami keterkaitan masing-masing risiko saja,
tetapi juga penting sekali untuk memahami keterkaitan masing-masing penyebab
risiko. Tingginya hubungan keterkaitan rantai pasok saat ini mengakibatkan
risiko yang timbul dapat bermacam-macam dan timbulnya salah satu risiko juga
dapat menimbulkan risiko lain. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa semakin tingginya hubungan keterkaitan rantai pasok seperti sekarang ini
akan memungkinkan risiko-risiko tersebut memiliki hubungan keterkaitan. Selain
itu, beberapa risiko tersebut timbul disebabkan oleh banyaknya faktor penyebab
risiko. Timbulnya penyebab risiko sendiri juga disebabkan oleh beberapa
penyebab risiko lain, dimana penyebab risiko tersebut juga dapat memiliki
hubungan keterkaitan masing-masing penyebab risiko. Dengan demikian, memahami
keterkaitan antar risiko dan keterkaitan antar penyebab risiko akan membantu
memudahkan perancangan strategi mitigasi untuk mengurangi dampak dari kejadian
risiko sekaligus mengurangi probabilitas penyebab risiko.
Untuk melihat sejauh
mana keterkaitan masing-masing risiko dan masing-masing penyebab risiko
diperlukan metode Analytic Network
Process (ANP). Metode Analytic
Network Process (ANP) dikenal sebagai sebuah jaringan yang mampu menangkap
hubungan saling keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya secara
umpan balik (Saaty dan Hall, 1999).
Proses perancangan
strategi mitigasi untuk mengurangi probabilitas kemunculan dari agen/penyebab
risiko serta mengurangi dampak risiko maka risiko tersebut perlu ditangani
secara benar dengan pendekatan house of
risk. Pendekatan House of Risk
dikembangkan oleh Pujawan dan Geraldin (2009). Pendekatan
model house of risk merupakan model
yang menggabungkan metode FMEA dan HOQ. Metode FMEA digunakan untuk mengukur
besarnya risiko sedangkan metode HOQ digunakan untuk memilih agen risiko yang
mana akan diberikan tindakan pencegahan terlebih dahulu dan memilih tindakan
yang dianggap efektif untuk mencegah agen risiko. Agen risiko merupakan faktor
penyebab yang mendorong kejadian risiko. Dengan memberikan tindakan pencegahan
pada penyebab risiko berarti dapat mengurangi kejadian risiko.
Penelitian ini akan
diterapkan pada perusahaan yang memiliki karakterisasi make to stock. Perusahaan yang tergolong dalam karakterisasi make to stock memiliki produk yang standar,
produksinya terus-menerus, dan pelanggan tidak ingin menunggu lama untuk
memiliki produk tersebut. Perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Bogasari Flour
Mills merupakan perusahaan yang memproduksi produk tepung terigu dan perusahaan
ini masuk ke dalam karakterisasi make to
stock. Perusahaan yang termasuk dalam kategori make to stock memiliki risiko yang sangat besar dikarenakan bergantung
sekali pada analisis pasar/permintaan dari pelanggan. Ketidakpastiaan pasokan
dan ketidakpastiaan permintaan menjadi sebuah tantangan yang harus dihadapi
oleh perusahaan PT. Indofood Sukses
Makmur Bogasari Flour Mill dalam kondisi persaingan yang semakin meningkat.
Ketidakpastiaan pasokan, ketidakpastiaan permintaan, dan penggunaan outsourcing
mengakibatkan bertambahnya risiko yang akan mempengaruhi aliran rantai pasok di
perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Bogasari Flour Mill. Oleh karena itu, perusahaan
PT. Indofood Sukses Makmur Bogasari Flour Mill perlu melakukan manajemen risiko
yang baik untuk meminimalkan dampak dari kejadian risiko sehingga dapat
meneruskan aktivitas untuk menyediakan produk yang berkualitas, dan pengiriman
tepat waktu ke pelanggan sesuai yang direncanakan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan
pada latar belakang diatas, bahwa mengelola rantai pasok tidak menutup
kemungkinan terjadi risiko yang akan berdampak pada kelancaran aliran rantai
pasok. Risiko dan penyebab risiko yang
terjadi perlu di identifikasi secara menyeluruh agar dapat mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi probabilitas kemunculan penyebab
risiko dan meminimalisir dampaknya.
Namun, proses identifikasi risiko secara menyeluruh bukan syarat keberhasilan
dalam tahapan identifikasi risiko tetapi juga perlu memahami hubungan
keterkaitan risiko-risiko rantai pasok. Memahami hubungan keterkaitan tidak
hanya terletak pada memahami hubungan keterkaitan risiko-risiko rantai pasok
tetapi juga, perlu memahami adanya keterkaitan penyebab risiko.
Pemahaman hubungan
keterkaitan risiko-risiko rantai pasok serta
hubungan keterkaitan penyebab risiko sangat penting dipelajari dalam merancang
strategi mitigasi agar dapat menghasilkan tindakan yang efektif dan akurat
untuk mengurangi probabilitas kemunculan dari penyebab risiko dan meminimalisir
dampak. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana mengembangkan model yang tepat untuk manajemen risiko rantai
pasok dengan mempertimbangkan keterkaitan penyebab risiko dan keterkaitan risiko dalam rantai pasok.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan
pelaksanaan dalam penelitian ini adalah :
- Mengidentifikasi kejadian risiko dan penyebab risiko di setiap bisnis proses yang dimiliki oleh perusahaan.
- Menganalisis dan mengukur bobot keterkaitan kejadian risiko dan keterkaitan penyebab risiko dalam rantai pasok,
- Menghasilkan rincian tindakan yang efektif dalam merancang strategi mitigasi risiko untuk mengurangi probabilitas penyebab risiko dan dampak dari kejadian risiko.
1.4 Batasan dan Asumsi Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari
penelitian ini maka terdapat beberapa hal yang menjadi batasan dan asumsi dalam
penelitian ini, diantaranya :
- Pengambilan data di perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Bogasari Flour Mills hanya mengambil objek amatan pada satu produk yaitu produk tepung terigu.
- Pengambilan data penyebab risiko dan risiko yang diambil sesuai dengan risiko yang terjadi di dalam perusahaan.
- Respondennya adalah kepala departemen manajemen risiko, departemen purchasing, departemen produksi, departemen warehousing, serta departemen distribusi dan transportasi.
1.5 Manfaat Penelitian
Dengan
mempertimbangkan keterkaitan penyebab risiko dan keterkaitan risiko maka dapat
merancang strategi mitigasi yang tepat untuk memilih tindakan yang dianggap
efektif untuk menangani penyebab risiko sekaligus mengurangi probabilitas serta
penyebab risiko terjadi. Manfaat yang akan diberikan pada penelitian ini antara
lain :
- Mengetahui penyebab risiko dan risiko yang berpotensi timbul pada rantai pasok.
- Mengetahui hubungan keterkaitan masing-masing risiko rantai pasok dan hubungan keterkaitan masing-masing penyebab risiko.
- Memberikan pemahaman kepada perusahaan akan dampak yang ditimbulkan oleh kejadian risiko.
- Mampu memberikan masukan kepada perusahaan tentang pentingnya untuk mengelola risiko rantai pasok.
- Memberikan rancangan strategi mitigasi risiko kepada perusahaan dalam menangani penyebab risiko.
1.6
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan
dalam penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Bab
I : Pendahuluan
Bab
ini terdiri dari latar belakang dilakukannya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian,
batasan dan asumsi, manfaat penelitian dan sistematika penulisan laporan penelitian.
Bab
II : Kajian Pustaka
Pada
bab ini akan dijabarkan beberapa kajian kepustakaan tentang
penelitian-penelitian terdahulu dan teori-teori yang berhubungan dengan
permodelan yang akan dilakukan.
Bab
III : Metodologi Penelitian
Pada
bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian yang digunakan dalam melakukan
penelitian dan metode-metode yang digunakan. Metodologi penelitian ini berguna
sebagai acuan dalam melakukan penelitian sehingga penelitian dapat berjalan
secara sistematis dan sesuai dengan tujuan.
Bab
IV : Pengumpulan dan Pengolahan Data
Bab
ini berisi tentang rekapitulasi data yang didapatkan dalam penelitian serta
pengolahan data untuk analisis selanjutnya.
Bab
V : Analisis dan Interpretasi Hasil
Bab
ini terdiri dari hasil analisis dan interpretasi dari serangkaian pengolahan
data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.
Bab
VI : Kesimpulan dan Saran
Bab
ini berisi kesimpulan yang menjawab tujuan penelitian berdasarkan pada
pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan serta memberikan gambaran
kemungkinan penelitian–penelitian lanjutan dari topik yang dibahas dalam
penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar