Kamis, 06 Juni 2013

Latar Belakang


 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Rantai pasok merupakan jaringan perusahaan-perusahaan yang bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pelanggan (Pujawan dan Mahendrawathi, 2010). Sebuah produk akan sampai ke tangan konsumen akhir melewati beberapa proses mulai dari pencarian bahan baku, proses produksi, proses distribusi dan transportasi. Rantai pasok melibatkan banyak perusahaan diantaranya pemasok, pabrik, distributor, toko atau ritel, dan perusahaan jasa logistik. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam jaringan rantai pasok memiliki tujuan yang sama untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir.
Supply chain mangement (SCM) muncul sebagai tanggapan terhadap persaingan semakin ketat dari masa ke masa yang ditandai dengan keinginan konsumen yang semakin beragam, semakin pendeknya siklus hidup dari suatu produk, semakin beragamnya jenis produk, dan banyaknya bisnis baru akibat dari adanya globalisasi. Menghadapi persaingan yang semakin ketat seperti saat ini, maka diperlukan management yang efektif dan efisien. SCM menawarkan bahwa efisiensi dalam satu perusahaan saja tidak cukup, upaya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas harus diperlebar untuk mengikutkan partner-partner dalam keseluruhan rantai pasok. Supply chain management (SCM) dapat didefinisikan sebagai metode, alat, atau pendekatan yang terintegrasi dengan dasar semangat kolaborasi dan koordinasi untuk mengelola jaringan perusahaan-perusahaan (supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan pendukung seperti jasa logistik) secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan konsumen (Pujawan dan Mahendrawathi, 2010). Selain itu, SCM juga dapat diartikan sebagai proses yang terus-menerus dan berkelanjutan untuk mengkoordinasikan aktivitas perusahaan dan juga seluruh perusahaan yang terlibat di dalamnya.  
Supply chain management (SCM) tidak hanya berorientasi pada urusan internal sebuah perusahaan, melainkan juga urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan perusahaan-perusahaan partner. Perusahaan-perusahaan yang berada dalam rantai pasok memiliki tujuan yang sama untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir yang sama untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerjasama dan kolaborasi antara perusahaan yang terlibat dalam jaringan rantai pasok untuk menghasilkan produk yang murah, berkualitas, dan pengiriman tepat waktu.
Dalam proses mengelola rantai pasok di situasi persaingan seperti saat ini tidak menutup kemungkinan terjadi risiko yang akan mempengaruhi kelancaran aliran rantai pasok. Ketidakpastiaan pasokan dan permintaan, adanya globalisasi dari rantai pasok, siklus hidup dari suatu produk semakin pendek, meningkatnya pengunaan outsourcing, dan keterbatasan kapasitas merupakan pemicu terjadinya risiko pada rantai pasok (Norrman dan Jansson, 2004). Dengan demikian, kunci utama dalam mengelola rantai pasok adalah kemampuan untuk mengenali dan mengurangi jenis risiko berbeda yang melekat dalam rantai pasok (Samaddar and Nargundkar, 2010).
Risiko akan selalu melekat dalam aktivitas bisnis dan risiko dapat datang dalam berbagai bentuk (Harland dkk, 2003). Risiko dalam rantai pasok didefinisikan sebagai suatu kejadian tak terduga yang mungkin akan terjadi untuk mengganggu aliran dari bahan baku selama perjalanan dari pemasok hingga sampai ke tangan konsumen akhir (Waters, 2007). Berdasarkan penyebabnya, sumber risiko dapat dikategorikan menjadi 5 kategori yaitu risiko berasal dari lingkungan eksternal, risiko berasal dari industri, risiko berasal dari rantai pasok, risiko berasal dari hubungan dengan rekanan bisnis, risiko berasal dari aktivitas di dalam organisasi (Olson dan Wu, 2010).
Timbulnya risiko akan membawa permasalahan operasional, kerugian secara financial, bahkan dapat menghentikan kelangsungan bisnis. Seperti yang dialami oleh perusahaan Ericsson yang tidak dapat memenuhi permintaan konsumen disebabkan oleh peristiwa kebakaran yang terjadi pada pemasok utamanya, sehingga Ericsson menderita kerugian sebesar US $2.34 miliyar (Sheffi, 2005).
Jika risiko yang muncul berpotensi mengganggu aktivitas dari aliran rantai pasok, maka risiko tersebut perlu ditangani dengan baik melalui pendekatan yang sistematis dan terstruktur yang dikenal dengan manajemen risiko rantai pasok. Manajemen risiko rantai pasok merupakan manajemen dari risiko rantai pasok melalui kordinasi atau kolaborasi antara anggota rantai pasok sehingga dapat memastikan keberlangsungan dan keuntungan (Tang, 2006). Tujuan dari manajemen rantai pasok adalah memfokuskan untuk memahami, dan mencoba menghindari dampak yang merugikan dari sebuah gangguan bisnis yang dapat dimiliki oleh rantai pasok (Norrman dan Jansson, 2004). Dengan demikian, penerapan manajemen risiko rantai pasok di dalam perusahaan akan membantu manager untuk mengambil tindakan secara langsung serta mengkontrol munculnya risiko-risiko baru yang mungkin terjadi.
Secara umum, manajemen risiko rantai pasok melibatkan proses-proses yang terdiri dari identifikasi risiko, penilaian risiko, evaluasi risiko, dan mitigasi risiko. Oleh karena itu, faktor risiko dapat dipertimbangkan ke dalam tiga hal, yaitu apa yang menjadi penyebab risiko, dimana risiko dapat muncul, dan apa saja yang terkait dengan risiko tersebut (Gaudenzi dan Borghesi, 2006).
Identifikasi risiko merupakan tahapan penting dalam manajemen risiko rantai pasok. Identifikasi risiko dapat dijadikan sebagai salah satu cara mengidentifikasi risiko dan sumber risiko yang mungkin terjadi di dalam jaringan rantai pasok. Namun, proses identifikasi risiko tidak hanya mengidentifikasi potensial risiko serta sumber risiko, tetapi juga harus mempertimbangkan adanya keterkaitan beberapa risiko dalam jaringan rantai pasok (Kayis dan Karningsih,  2012). Menurut Chopra dan Sodhi (2004), mengelola risiko dalam rantai pasok bukanlah hal yang mudah karena masing-masing risiko memiliki keterkaitan sehingga saat melakukan strategi mitigasi pada salah satu risiko akan menimbulkan risiko baru atau akan berdampak pada risiko lainnya. Identifikasi hubungan sebab-akibat sangat penting karena ada pengaruh tersembunyi dari risiko yang berkaitan dengan risiko lain yang menyebabkan kerusakan secara subtansial. Dengan demikian, pemahaman yang baik tentang variasi sumber risiko dan keterkaitan risiko rantai pasok akan membantu dalam memahami dampak pada jaringan rantai pasok sehingga memudahkan manager perusahaan mengambil tindakan strategi untuk mengurangi risiko yang bisa terjadi di dalam perusahaan. Akan tetapi, masih sedikitnya penelitian terdahulu yang melakukan penelitian yang mempertimbangkan keterkaitan antara risiko dalam jaringan rantai pasok (Pfohl dkk,  2011).
Penelitian terdahulu yang telah melakukan penelitian tentang identifikasi risiko rantai pasok diantaranya adalah Neiger dkk (2009) yang mengusulkan metodologi untuk identifikasi risiko berdasarkan pada value-focused process engineering (VFPE). Metodologi VFPE merupakan gabungan dari proses dan tujuan berdasarkan pendekatan model bisnis. Selain itu, VFPE menciptakan hubungan antara proses bisnis, dan tujuan bisnis pada tingkat strategik dan operasional. Penelitian ini memiliki keterbatasan pada evaluasi empiris.
Penelitian terdahulu yang telah membahas dan mempertimbangkan keterkaitan risiko pada rantai pasok diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Pfohl dkk (2011) yang mengusulkan metode Interpretive structural modelling (ISM) yang terbukti dapat menstrukturkan risiko pada rantai pasok dan mengidentifikasi keterkaitan antar risiko-risiko pada rantai pasok dan mendukung managers dalam mengidentifikasi keterkaitan risiko rantai pasok pada tingkat berbeda (3PL, first-tier supplier, focal company). Keterbatasan dalam penelitian ini adalah permasalahan yang sangat kompleks untuk mempelajari keterkaitan risiko pada rantai pasok maka metode ISM ini memerlukan pengujian validasi dengan metode statistik, namun dalam penelitian ini belum melakukan pengujian validasi terhadap model yang dikembangkan sehingga untuk penelitian selanjutnya akan direncanakan pengujian validasi menggunakan SEM.
Tahapan selanjutnya setelah proses identifikasi risiko adalah tahapan penilaian risiko. Di dalam tahapan ini, penilaian risiko berdasarkan literatur meliputi evaluasi dari peluang terjadinya risiko dan memperkirakan dampak yang dihasilkan dari kejadian risiko (Manuj dan Mentzer, 2008; Ritchie dan Briendley, 2007). Penelitian terdahulu yang membahas tentang penilaian risiko pernah dilakukan oleh Gaudenzi dan Borghesi (2006) yang mengusulkan metodologi analytical hierarchy process (AHP) untuk mengidentifikasi faktor risiko. Metode AHP akan membantu manager dalam memprioritaskan tujuan rantai pasok, identifikasi indikator risiko, menilai potensial dampak, dan hubungan sebab akibat sepanjang rantai. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah pengembangan model tetap harus dipertimbangkan jika memiliki kemampuan yang efektif dalam mengelola hubungan sebab-akibat antara indikator. Namun, dalam penelitian ini indikator yang diidentifikasi terlalu banyak mengakibatkan evaluasi tidak menjadi akurat dan tidak efektif.
Selanjutnya, tahap terakhir adalah tahapan mitigasi risiko. Pada tahapan ini, perusahaan mengambil tindakan yang dianggap tepat dalam meminimalisir risiko pada rantai pasok. Tahapan strategi mitigasi risiko juga memerlukan kerja sama dengan beberapa perusahaan di dalam jaringan rantai pasok melalui koordinasi dan kolaborasi yang baik untuk melakukan identifikasi risiko dan penyebab risiko, mengontrol risiko-risiko baru yang bisa terjadi, dan selanjutnya dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mengurangi probabilitas dari risiko dan mengurangi dampak dari risiko.
Penelitian terdahulu yang membahas mengenai strategi mitigasi risiko pernah diusulkan oleh Pujawan dan Geraldin (2009). Framework yang diusulkan dikenal dengan istilah House of Risk (HoR). Framework yang dikembangkan merupakan penggabungan dari konsep failure modes analysis dan House of Quality. Tujuan dari pengembangan framework ini untuk mengidentifikasi risiko dan merancang strategi mitigasi untuk mengurangi probabilitas kemunculan dari penyebab risiko (agen risiko) dengan memberikan tindakan pencegahan pada penyebab risiko. Agen risiko dikatakan sebagai faktor pendorong timbulnya beberapa risiko. Dengan demikian, tindakan pencegahan terhadap agen risiko berguna untuk mengurangi beberapa risiko terjadi dan dapat meminimalisir dampak dari kejadian risiko yang terjadi. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah masih belum dipertimbangkannya keterkaitan antara kejadian risiko.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang membahas tentang manajemen risiko rantai pasok dengan mempertimbangkan keterkaitan risiko-risiko rantai pasok sudah pernah dikaji dalam banyak literatur, salah satunya dikaji oleh Pfohl dkk (2011). Sedangkan penelitian terkait strategi mitigasi pada agen risiko/penyebab risiko sudah pernah dilakukan oleh Pujawan dan Geraldin (2009).
Untuk mengisi celah penelitian selanjutnya, penulis melakukan kajian dari berbagai sumber literatur, sejauh ini belum ada penelitian terdahulu yang pernah melakukan penelitian mengenai manajemen risiko rantai pasok dengan mempertimbangkan keterkaitan risiko-risiko rantai pasok dan keterkaitan antar penyebab risiko. Pemahaman keterkaitan ini penting untuk diteliti karena dengan memahami variasi risiko dan memahami keterkaitan risiko-risiko akan memudahkan dalam mengambil langkah-langkah yang tepat dan akurat untuk mengurangi dampak dari kejadian risiko dan mengurangi probabilitas kemunculan dari penyebab risiko.
Namun, memahami keterkaitan ini tidak cukup hanya memahami keterkaitan masing-masing risiko saja, tetapi juga penting sekali untuk memahami keterkaitan masing-masing penyebab risiko. Tingginya hubungan keterkaitan rantai pasok saat ini mengakibatkan risiko yang timbul dapat bermacam-macam dan timbulnya salah satu risiko juga dapat menimbulkan risiko lain. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tingginya hubungan keterkaitan rantai pasok seperti sekarang ini akan memungkinkan risiko-risiko tersebut memiliki hubungan keterkaitan. Selain itu, beberapa risiko tersebut timbul disebabkan oleh banyaknya faktor penyebab risiko. Timbulnya penyebab risiko sendiri juga disebabkan oleh beberapa penyebab risiko lain, dimana penyebab risiko tersebut juga dapat memiliki hubungan keterkaitan masing-masing penyebab risiko. Dengan demikian, memahami keterkaitan antar risiko dan keterkaitan antar penyebab risiko akan membantu memudahkan perancangan strategi mitigasi untuk mengurangi dampak dari kejadian risiko sekaligus mengurangi probabilitas penyebab risiko.
Untuk melihat sejauh mana keterkaitan masing-masing risiko dan masing-masing penyebab risiko diperlukan metode Analytic Network Process (ANP). Metode Analytic Network Process (ANP) dikenal sebagai sebuah jaringan yang mampu menangkap hubungan saling keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya secara umpan balik (Saaty dan Hall, 1999).
Proses perancangan strategi mitigasi untuk mengurangi probabilitas kemunculan dari agen/penyebab risiko serta mengurangi dampak risiko maka risiko tersebut perlu ditangani secara benar dengan pendekatan house of risk. Pendekatan House of Risk dikembangkan oleh Pujawan dan Geraldin (2009). Pendekatan model house of risk merupakan model yang menggabungkan metode FMEA dan HOQ. Metode FMEA digunakan untuk mengukur besarnya risiko sedangkan metode HOQ digunakan untuk memilih agen risiko yang mana akan diberikan tindakan pencegahan terlebih dahulu dan memilih tindakan yang dianggap efektif untuk mencegah agen risiko. Agen risiko merupakan faktor penyebab yang mendorong kejadian risiko. Dengan memberikan tindakan pencegahan pada penyebab risiko berarti dapat mengurangi kejadian risiko.
Penelitian ini akan diterapkan pada perusahaan yang memiliki karakterisasi make to stock. Perusahaan yang tergolong dalam karakterisasi make to stock memiliki produk yang standar, produksinya terus-menerus, dan pelanggan tidak ingin menunggu lama untuk memiliki produk tersebut. Perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Bogasari Flour Mills merupakan perusahaan yang memproduksi produk tepung terigu dan perusahaan ini masuk ke dalam karakterisasi make to stock. Perusahaan yang termasuk dalam kategori make to stock memiliki risiko yang sangat besar dikarenakan bergantung sekali pada analisis pasar/permintaan dari pelanggan. Ketidakpastiaan pasokan dan ketidakpastiaan permintaan menjadi sebuah tantangan yang harus dihadapi oleh  perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Bogasari Flour Mill dalam kondisi persaingan yang semakin meningkat. Ketidakpastiaan pasokan, ketidakpastiaan permintaan, dan penggunaan outsourcing mengakibatkan bertambahnya risiko yang akan mempengaruhi aliran rantai pasok di perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Bogasari Flour Mill. Oleh karena itu, perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Bogasari Flour Mill perlu melakukan manajemen risiko yang baik untuk meminimalkan dampak dari kejadian risiko sehingga dapat meneruskan aktivitas untuk menyediakan produk yang berkualitas, dan pengiriman tepat waktu ke pelanggan sesuai yang direncanakan.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang diatas, bahwa mengelola rantai pasok tidak menutup kemungkinan terjadi risiko yang akan berdampak pada kelancaran aliran rantai pasok. Risiko  dan penyebab risiko yang terjadi perlu di identifikasi secara menyeluruh agar dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi probabilitas kemunculan penyebab risiko  dan meminimalisir dampaknya. Namun, proses identifikasi risiko secara menyeluruh bukan syarat keberhasilan dalam tahapan identifikasi risiko tetapi juga perlu memahami hubungan keterkaitan risiko-risiko rantai pasok. Memahami hubungan keterkaitan tidak hanya terletak pada memahami hubungan keterkaitan risiko-risiko rantai pasok tetapi juga, perlu memahami adanya keterkaitan penyebab risiko.
Pemahaman hubungan keterkaitan risiko-risiko rantai pasok serta  hubungan keterkaitan penyebab risiko sangat penting dipelajari dalam merancang strategi mitigasi agar dapat menghasilkan tindakan yang efektif dan akurat untuk mengurangi probabilitas kemunculan dari penyebab risiko dan meminimalisir dampak. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan model yang tepat untuk manajemen risiko rantai pasok dengan mempertimbangkan keterkaitan penyebab risiko dan keterkaitan  risiko dalam rantai pasok.

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan pelaksanaan dalam penelitian ini adalah :
  1.  Mengidentifikasi kejadian risiko dan penyebab risiko di setiap bisnis proses yang dimiliki oleh perusahaan.
  2.  Menganalisis dan mengukur bobot keterkaitan kejadian risiko dan keterkaitan penyebab risiko dalam rantai pasok,
  3. Menghasilkan rincian tindakan yang efektif dalam merancang strategi mitigasi risiko untuk mengurangi probabilitas penyebab risiko dan dampak dari kejadian risiko.

1.4 Batasan  dan Asumsi Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian ini maka terdapat beberapa hal yang menjadi batasan dan asumsi dalam penelitian ini, diantaranya :
  1. Pengambilan data di perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Bogasari Flour Mills hanya mengambil objek amatan pada satu produk yaitu produk tepung terigu.
  2. Pengambilan data penyebab risiko dan risiko yang diambil sesuai dengan risiko yang terjadi di dalam perusahaan. 
  3. Respondennya adalah kepala departemen manajemen risiko, departemen purchasing, departemen produksi, departemen warehousing, serta departemen distribusi dan transportasi.
1.5 Manfaat Penelitian
Dengan mempertimbangkan keterkaitan penyebab risiko dan keterkaitan risiko maka dapat merancang strategi mitigasi yang tepat untuk memilih tindakan yang dianggap efektif untuk menangani penyebab risiko sekaligus mengurangi probabilitas serta penyebab risiko terjadi. Manfaat yang akan diberikan pada penelitian ini antara lain :
  1. Mengetahui penyebab risiko dan risiko yang berpotensi timbul pada rantai pasok.
  2. Mengetahui hubungan keterkaitan masing-masing risiko rantai pasok dan hubungan keterkaitan masing-masing penyebab risiko.
  3. Memberikan pemahaman kepada perusahaan akan dampak yang ditimbulkan oleh kejadian risiko.
  4. Mampu memberikan masukan kepada perusahaan tentang pentingnya  untuk mengelola risiko rantai pasok. 
  5. Memberikan rancangan strategi mitigasi risiko kepada perusahaan dalam menangani penyebab risiko.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang dilakukannya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan dan asumsi, manfaat penelitian dan sistematika penulisan laporan penelitian.
  
Bab II :  Kajian Pustaka
Pada bab ini akan dijabarkan beberapa kajian kepustakaan tentang penelitian-penelitian terdahulu dan teori-teori yang berhubungan dengan permodelan yang akan dilakukan.

Bab III :  Metodologi Penelitian      
Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian dan metode-metode yang digunakan. Metodologi penelitian ini berguna sebagai acuan dalam melakukan penelitian sehingga penelitian dapat berjalan secara sistematis dan sesuai dengan tujuan.

Bab IV : Pengumpulan dan Pengolahan Data
Bab ini berisi tentang rekapitulasi data yang didapatkan dalam penelitian serta pengolahan data untuk analisis selanjutnya.

Bab V :  Analisis dan Interpretasi Hasil
Bab ini terdiri dari hasil analisis dan interpretasi dari serangkaian pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.

Bab VI : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan yang menjawab tujuan penelitian berdasarkan pada pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan serta memberikan gambaran kemungkinan penelitian–penelitian lanjutan dari topik yang dibahas dalam penelitian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar