Kamis, 06 Juni 2013

Daftar Pustaka




DAFTAR PUSTAKA


Baird, I. S. (1986), "Toward a contingency model of strategic risk taking",  Academy of management review, Vol. 10 No. 3, hal. 230-243.
Berenji, H. R.,  dan Anantharaman, R. N. (2011), "Supply Chain Risk Management : Risk Assessment in Engineering and Manufacturing Industries", International Journal of Innovation Management and Technology, Vo. 2 No. 6..
Chopra, S. and Sodhi, S.M.M.(2004), "Managing risk to a void supply-chain breakdown",  MIT Sloan Management Review, Vol. 46 No. 1, hal. 53-61.
Christopher, M., and Peck, H. (2004), "Building the resilient supply chain", International Journal of Logistics Management, Vol. 15 No. 2, hal. 1-13.
Cucchiella, F., dan Gastaldi, M. (2006), "Risk management in supply chain: a real option approach", Journal of Manufacturing Technology Management, Vol. 17 No. 6, hal. 700–720.
 Feng, L. I., dan Mei, L. I. (2011), " Disruption risks in the Supply Chain", IEEE
Gaudenzi, B., dan Borghesi, A. (2006), "Managing risks in the supply chain using the AHP method", The International Journal of Logistics Management, Vol. 17 No. 1, hal. 114–136.
Hadavale, R. S., dan Alexander, S. M. (2009), "Supply chain risk management", Proceedings of the industrial engineering research conference, hal. 1363–1369.
Harland, C., Brenchley, R., dan Walker, H. (2003), "Risk in supply networks", Journal of Purchasing and Supply Management, Vol. 9 No. 2, hal. 51-62.
Jüttner, U. (2005), "Supply chain risk management: understanding the business requirements from a practitioner perspective", The International Journal of Logistics Management, Vol. 16 No. 1, hal. 120–141.
Kayis, B., dan Karningsih, P.D. (2010), "SCRIS: A knowledge based system tool for assisting organizations in managing supply chain risks", Journal of Manufacturing Technology Management, Vol. 23 No. 7, hal. 834-852.
Manuj, I., dan Mentzer, J. T. (2008), "Global supply chain risk management strategies", International Journal of Physical Distribution & Logistics Management, Vol. 38 No. 3, hal. 192-223.
Mills, A. (2001), "A systematic approach to risk management for construction", Structural Survey, MCB University Press, Vol. 19 No. 5, hal. 245-252.
Neiger, D., Rotaru, K., dan Churilov, L. (2009), "Supply chain risk identification with value-focused process engineering", Journal of Operations Management, Vol. 27 No. 2, hal.  154-168.
Norrman, A., dan Jansson, U. (2004), "Ericsson’s proactive supply chain risk management approach after a serious sub-supplier accident", International Journal of Physical Distribution & Logistics Management, Vol. 34 No. 5, hal. 434-456.
Olson, D. L., dan Wu, D. D. (2010), "A review of enterprise risk management in supply chain", Kybernetes, Vol. 39 No. 5, hal.  694–706.
Peck, H., Christopher, M. dan Kingdom, U. (2003), "Supply chain  risk management :  Outlining an agenda for future research", International Journal of Logistics : Research & Applications, Vol. 6 No. 4, hal.197-210.
Perçin, S. (2008), "Using the ANP approach in selecting and benchmarking ERP systems", Benchmarking: An International Journal, Vol. 15 No. 5, hal. 630-649.
Pfohl, H.-C., Gallus, P., dan Thomas, D. (2011), "Interpretive structural modeling of supply chain risks," International Journal of Physical Distribution & Logistics Management, Vol. 41 No. 9, hal. 839–859.
Pujawan, I. N., dan Geraldin, L. H. (2009), "House of risk: a model for proactive supply chain risk management", Business Process Management Journal, Vol. 15 No. 6, hal. 953–967.
Pujawan, I.N., dan Mahendrawathi, E.R. (2010), Supply Chain Management, Surabaya. Indonesia, Penerbit Guna  Widya
Punniyamoorthy, M. (2013), "Assessment of supply chain risk: scale development and validation", Benchmarking: An International Journal, Vol. 20 No. 1, hal.79-105.
Ritchie, B., dan Brindley, C. (2007), "An emergent framework for supply chain risk management and performance measurement", Journal of the Operational Research Society, Vol. 58 No. 11, hal. 1398–1411.
Saaty, T. L. (2005), The Analytic Network Process , hal.360-387, University Pittsburgh.
Saaty, T. L., dan Hall, M. (1999), Fundamentals of The Analytic Network Process, Kobe, Japan.
Samaddar, S., dan Nargundkar, S. (2010), "Analyzing Supply Chain Disruption Risk : A Decision Analysis Framework", Operations Management Education Review 4, hal. 87–108.
Sheffi, Y. (2005), " The Resilient Enterprise: Overcoming Vulnerability for Competitive Advantage, MIT Press, Cambridge,MA.
Sinha, P. R., Whitman, L. E., dan Malzahn, D. (2004), "Methodology to mitigate supplier risk in an aerospace supply chain", Supply Chain Management: An International Journal, Vol. 9 No. 2, hal. 154–168.
Skipper, J. B., dan Hanna, J. B. (2009), "Minimizing supply chain disruption risk through enhanced flexibility", International Journal of Physical Distribution & Logistics Management, Vol. 39 No. 5, hal. 404–427.
Tan, K. C. (2001), "A framework of supply chain management literature", European Journal of Purchasing & Supply Management, Vol. 7, hal. 39-48.
Tang, C. S. (2006), "Perspectives in supply chain risk management", International Journal of Production Economics, Vol. 103 No. 2, hal. 451–488.
Waters, D. (2007), Supply Chain Risk Management: Vulnerability and Resilience in Logistics, Kogan Page, London and Philadeplhia.
Yüksel, İ., dan Dagˇdeviren, M. (2007), "Using the analytic network process (ANP) in a SWOT analysis – A case study for a textile firm", Information Sciences, Vol. 177 No. 16, hal. 3364–3382.
Zsidisin, G. a., Ellram, L. M., Carter, J. R., dan Cavinato, J. L. (2004), "An analysis of supply risk assessment techniques", International Journal of Physical Distribution & Logistics Management, Vol. 34 No. 5, hal. 397–413.


Metode Penelitian




BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam menyelesaikan permasalahan–permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini diperlukan suatu diagram alir yang terstruktur dan sistematis melalui suatu metode penelitian. Metode dalam penelitian ini mengacu pada framework yang dikembangkan dari studi literatur. Kerangka kerja ini berisi langkah-langkah dan landasan untuk melakukan identifikasi risiko, menilai risiko, evaluasi risiko, dan perancangan strategi mitigasi dalam rantai pasok perusahaan. Untuk mengetahui tahpan-tahapan dari metodologi penelitian yang akan digunakan dapat dilihat lebih lanjut pada gambar 3.1 sebagai berikut :





3.1 Pemetaan Aktivitas Bisnis Dalam Rantai Pasok
Pada tahap awal penelitian dilakukan dengan memetakan aktivitas proses bisnis dari rantai pasok. Pemetaan proses bisnis rantai pasok berdasarkan model SCOR seperti plan-source-make-deliver-return. Pemetaan proses bisnis rantai pasok secara menyeluruh bertujuan untuk mengidentifikasi kejadian risiko dan penyebab risiko.

3.2 Identifikasi Risiko
Tahapan awal dari manajemen risiko rantai pasok adalah identifikasi risiko. Proses ini meliputi mengidentifikasi kejadian risiko dan penyebab risiko, serta mengidentifikasi keterkaitan antar masing-masing risiko dan antar masing-masing penyebab risiko. Proses identifikasi risiko bertujuan untuk mengetahui penyebab risiko dan risiko yang mungkin bisa terjadi pada setiap aktivitas bisnis proses rantai pasok serta melihat adanya hubungan keterkaitan.  Untuk memudahkan proses identifikasi risiko, penyebab risiko, dan hubungan keterkaitannya bisa dilakukan dengan teknik wawancara serta kuesioner dengan para manager perusahaan yang ahli di bagian pengadaan barang dan jasa, manager bagian produksi, bagian warehousing, dan bagian distribusi dan transportasi.

3.3 Penilaian Risiko
Pada proses penilaian risiko ini bertujuan untuk menilai probabilitas dari terjadinya penyebab risiko dan menilai besarnya dampak dari kejadian risiko. Nilai dampak merupakan efek yang ditimbulkan dari kejadian risiko, dan nilai peluang merupakan frekuensi terjadinya penyebab risiko. Selain itu, pada proses penilaian risiko ini juga memiliki tujuan untuk menentukan besarnya korelasi antara agen risiko dan kejadian risiko. Besarnya probabilitas dari terjadinya agen risiko  dan dampak dari kejadian risiko dapat dinilai dengan menggunakan skala 1-10. Sedangkan untuk menghitung korelasinya juga dapat dinilai dengan menggunakan skala 0,1,3,9.
Setelah menentukan probabilitas penyebab risiko, dampak dari risiko, korelasi antara penyebab risiko dan risiko selanjutnya dapat menentukan besarnya nilai Aggregate Risk Potential (ARP). ARP merupakan aggregate dampak kerusakan yang dihasilkan dari kejadian risiko yang disebabkan juga oleh penyebab risiko. Besarnya ARP ikut diperhitungkan karena penyebab risiko akan mendorong terjadinya beberapa risiko. Besranya nilai ARP dapat dihitung dari perkalian probabilitas agen risiko dengan aggregate dampak yang dihasilkan oleh kejadian risiko yang disebabkan oleh penyebab risiko.

3.4 Formulasi Model Diagram Sebab-Akibat
Pada tahap ini dilakukan penggambaran model dengan menggunakan diagram sebab akibat. Dengan diagram sebab akibat dapat dijadikan sebagai alat bantu menggambarkan hubungan antara kejadian risiko dan penyebab risiko. Risiko yang telah didapatkan sebelumnya diperkirakan mempunyai hubungan sebab akibat dengan penyebab risiko, kemudian melakukan formulasi model.

3.5 Validasi Model
Validasi Model dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah model yang akan dikembangkan sesuai dengan kondisi nyata di lapangan. Proses validasi model dibantu oleh beberapa ahli di bidangnya sehingga akan didapatkan model yang sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan.

3.6 Penentuan Goal, Klaster, Kriteria, dan Subkriteria
Untuk menggambarkan besarnya keterkaitan masing-masing risiko dan keterkaitan masing-masing penyebab risko diperlukan metode yang mampu menangkap hubungan keterkaitan yang dikenal dengan metode ANP. Tahapan awal sebelum masuk ke dalam model ANP yaitu menentukan goal, klaster, kriteria, dan subkriteria. Goal yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk memprioritaskan sejumlah penyebab risiko rantai pasok untuk diberi tindakan mitigasi.
Dalam penelitian ini, penentuan klaster akan dibagi ke dalam 2 klaster, yaitu klaster kriteria dan klaster subkriteria. Klaster kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua kejadian risiko yang berhasil teridentifikasi, sedangkan untuk klaster subkriteria adalah semua penyebab risiko yang berhasil teridentifikasi.

3.7 Pembuatan Analytic Network Process
Dari kriteria dan subkriteria yang telah ditentukan diatas, maka selanjutnya akan dibuat jaringan awal untuk mengidentifikasi dan menangkap adanya hubungan saling mempengaruhi.
Metode ANP memiliki 2 hubungan yaitu hubungan inner dependence dan hubungan outer dependence. Hubungan outer dependence adalah hubungan yang terjadi pada kriteria dalm sebuah klaster dengan kriteria lain dalam kluster berbeda. Hubungan inner dependence adalah hubungan yang terjadi antar kriteria dimana kriteria-kriteria tersebut berada dalam klaster yang sama.

3.8 Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner
Pembuatan kuesioner ini dibuat berdasarkan jaringan ANP yang ada. Data-data yang diperlukan untuk proses pembobotan akan diperoleh dari hasil kuesioner yang dibagikan dan diisi oleh para manager perusahaan. Kuesioner bertujuan mengetahui seberapa besar hubungan keterkaitan berdasarkan penilaian dari responden. Pengisian kuesioner ini akan menggunakan skala 1-9.
Kuesioner akan dibagi ke dalam 3 bagian yaitu seberapa besar hubungan keterkaitan antar kriteria, hubungan keterkaitan antara kriteria dan sub kriteria, dan hubungan keterkaitan antar subkriteria.

3.9 Pengolahan data dengan metode ANP
Setelah mendapatkan data berdasarkan hasil kuesioner, langkah selanjutnya adalah hasil penilaian dari kuesioner kemudian diolah dengan software super decision untuk selanjutnya mendapatkan bobot dari masing-masing kriteria dan subkriteria.

3.10 Perhitungan Vektor Prioritas
Langkah selanjutnya adalah evaluasi vektor prioritas untuk dapat mengetahui konsistensi logis dari kuesioner. Apabila menggunakan software super decision, cukup memasukkan nilai pada matriks perbandingan yang diperoleh dari kuesioner yang telah di isi oleh responden maka akan secara otomatis dapat mengetahui nilai dari konsistensi logis dari tiap kuesioner.
           
3.11 Supermatriks
Pada perhitungan supermatriks dapat dilakukan dengan mengumpulkan semua nilai vektor prioritas dari semua matriks perbandingan berpasangan ke dalam supermatriks. Supermatriks dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

  •  Perhitungan Unweighted Supermatriks
Unweigth supermatriks merupakan nilai dari vektor prioritas yang tidak memperhitungkan adanya perbandingan berpasangan antar klaster.
  • Perhitungan Weighted Supermatriks
Weighted Supermatriks memiliki hirarki yang sama dengan unweighted supermatriks, perbedaannya terdapat pada perbandingan antara kriteria dan subkriteria.
  • Perhitungan Limiting Supermatriks
Hasil iterasi perkalian weighted supermatriks dengan dirinya sendiri sehingga diperoleh nilai yang sama pada setiap barisnya. Limit supermatriks menampilkan batas akhir matriks, dimana batas akhir ini merupakan kolom matriks stokastik dan mewakili eigenvektor akhir. Dengan didapatkannya hasil limiting supermatriks ini maka akan didapatkan pula bobot dari masing-masing kriteria dan juga bobot dari masing-masing subkriteria yang ada dalam model ANP.
3.12  Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko bertujuan untuk menentukan besarnya nilai ARP, merangking penyebab risiko, dan memprioritaskan penyebab risiko. Perhitungan nilai ARP ditentukan kembali karena ada kemungkinan perubahan probabilitas penyebab risiko yang awalnya terjadinya sangat kecil menjadi besar dan sebaliknya, perubahan ini dapat dilihat dari hasil dari pengolahan dengan metode ANP.
 Setelah nilai ARP ditentukan, maka dapat dilakukan perangkingan untuk masing-masing penyebab risiko berdasarkan nilai ARP. Kemudian memberikan prioritas untuk masing-masing risiko mana yang harus ditangani terlebih dahulu untuk tindakan pencegahan penyebab risiko.

3.13 Strategi Mitigasi Terhadap Penyebab Risiko (Agen Risiko)
Berdasarkan nilai ARP masing-masing penyebab risiko, penyebab risiko yang memiliki peringkat nilai ARP tertinggi akan diambil untuk diberikan tindakan pencegahan. Kemudian, mengidentifikasi tindakan pencegahan yang dianggap efektif untuk mencegah penyebab risiko secara tepat. Besarnya korelasi antara tindakan pencegahan dengan penyebab risiko juga penting diperhitungkan. Selanjutnya, menghitungan besarnya total keefektifan suatu tindakan (TEK) dari penjumlahan hasil perkalian nilai korelasi antara agen-agen risiko dengan nilai ARP. Setelah besar nilai TEK diperoleh maka selanjutnya menentukan nilai ;Sedangkan nilai ETD (Effectiveness to Difficulty Ratio) diperoleh dari pembagian antara nilai total keefektifan tindakan dengan tingkat kesulitannya. Besarnya tingkat ETD menggambarkan besarnya sumber daya dan uang yang diperlukan untuk melakukan tindakan pencegahan. Kemudian dari nilai ETD yang diperoleh akan mendapatkan tindakan yang tepat untuk menangani penyebab risiko. Tindakan pencegahan dianggap tepat apabila memiliki nilai ETD besar.

3.14 Jadwal Pelaksanaan
Penelitian ini direncanakan berjalan selama 8 minggu dengan rincian sebagai berikut:


Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Tesis



Tinjauan Pustaka


2.11 Metode ANP
Banyak masalah keputusan yang tidak dapat terstruktur secara hirarki karena permasalahan keputusan melibatkan interaksi dan ketergantungan unsur-unsur yang lebih tinggi dalam hirarki pada unsur yang lebih rendah sehingga dikembangkanlah metode Analytical Network Process (ANP). Metode ANP dipresentasikan sebagai suatu jaringan (Saaty, 2005). Metode ANP dikembangkan oleh pakar dari Pittsburgh University bernama Thomas. L. Saaty. Kehadiran metode ANP mampu memperbaiki kelemahan dari metode AHP berupa kemampuan untuk mengakomodasi antar kriteria atau alternatif (Saaty dan Hall, 1999).
Struktur AHP adalah merumuskan permasalahan keputusan ke dalam hirarki dengan goal, kriteria keputusan, dan alternatif–alternatif. Penilaian dalam metode AHP mempresentasikan asumsi dari  independensi dari unsur–unsur pada tingkat lebih tinggi dari unsur-unsur pada tingkat yang lebih rendah dalam beberapa tingkatan struktur hirarki (Perçin, 2008). Metode AHP dianggap masih memiliki kekurangan dalam menentukan keterkaitan antara faktor-faktor (Perçin, 2008).
 Menurut Saaty (2001) metode ANP mampu mengakomodasi adanya saling keterkaitan dalam bentuk interaksi dan umpan balik dari elemen-elemen dalam klaster (inner dependence) atau antar klaster (outer dependence). Hubungan Inner dependencies dan outer dependencies dapat menangkap dan mewakili konsep dari hubungan saling mempengaruhi atau saling dipengaruhi di dalam dan antar elemen – elemen klaster. Melalui metode ANP, akan diprediksi dan dipresentasikan klaster disertai dugaan akan adanya interaksi di antara klaster-klaster dan elemen anggotanya termasuk kekuatan relatif dari interaksi–interaksi tersebut dalam usaha menangkap hubungan saling mempengaruhi (Saaty, 2001).
Metode Analytical Network Process (ANP) merupakan teori umum pengukuran relatif yang digunakan untuk menurunkan rasio prioritas komposit dari skala rasio individu yang mencerminkan pengukuran relatif dari pengaruh elemen–elemen saling berinteraksi berkenaan dengan kriteria kontrol (Saaty dan Hall, 1999). ANP menyediakan framework umum tanpa membuat asumsi–asumsi mengenai ketidakbergantungan dari elemen–elemen pada tingkat yang lebih tinggi dari elemen–elemen pada tingkat yang lebih rendah dan mengenai ketidaktergantungan dari tiap elemen-elemen dalam suatu tingkatan pada sebuah hirarkidari elemen–elemen pada tingkat yang lebih rendah dan mengenai ketidakbergantungan dari tiap–tiap elemen dalam suatu tingkatan pada sebuah hirarki (Saaty dan Hall, 1999). 
Di dalam metode ANP terdapat 2 kontrol yang perlu diperhatikan di dalam memodelkan sistem yang hendak diketahui bobotnya. Kontrol pertama adalah kontrol secara hirarki yang menunjukkan keterkaitan kriteria dan subkriteria dimana pada kontrol ini tidak membutuhkan struktur hirarki seperti pada metode AHP. Kontrol lainnya adalah kontrol keterkaitan yang menunjukkan adanya saling keterkaitan antar kriteria dan klaster.
Dalam membuat keputusan, perlu dibedakan antara struktur hirarki dan jaringan yang digunakan untuk mencerminkan bagian-bagiannya. Hirarki hanya menggambarkan suatu hubungan ketergantungan fungsional satu arah, yaitu ketergantungan level bagian bawah terhadap komponen (level) bagian atas. Jaringan mampu mengakomodasi ketergantungan fungsional dua arah yaitu komponen bagian bawah dan bagian atas saling tergantung secara fungsional. Sebuah ilustrasi yang menggambarkan tentang perbedaan hirarki dan jaringan ditunjukkan pada gambar 2.6 di bawah ini

Teknik ANP memiliki beberapa kelebihan antara lain :
  1. Dapat dihubungkan secara bebas, jaringan struktur ANP membuat representasi masalah keputusan yang memungkinkan, tanpa memperhatikan apa yang akan datang pertama dan apa yang datang berikutnya sebagai suatu hirarki.
  2. Prioritas ANP tidak hanya elemen-elemen saja, tetapi juga kelompok, kluster dari sekumpulan elemen yang seringkali dibutuhkan dalam dunia nyata. 
  3. Dapat menangkap pengaruh ketergantungan antar komponen secara timbal balik.
Metode ANP mengasumsikan bahwa pengambilan keputusan harus membuat perbandingan kepentingan antara dua pasangan atribut yang mungkin, menggunakan skala verbal untuk tiap varian seperti pada tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1 Matrik Perbandingan Berpasangan.

Skala 1 menunjukkan tingkat kepentingan sama antara dua komponen dan skala maksimal 9 untuk menunjukkan dominasi antara dua komponen pada baris dan komponen pada kolom. Masing–masing skala menunjukan perbandingan kepentingan antara elemen di dalam sebuah komponen dengan elemen di luar komponen (outer dependence) atau di dalam eleme terhadap elemen itu sendiri yang berada di dalam komponen dalam (inner dependence). Tidak setiap elemen memberikan pengaruh terhadap elemen dari komponen lain. Elemen yang tidak memberikan pengaruh pada elemen lain akan memberikan nilai nol.
Saaty dan Hall (1999) menjabarkan tahapan – tahapan dalam metode ANP sebagai berikut:
1. Menentukan hirarki kontrol termasuk kriteria dan subkriteria untuk membandingkan komponen sistem. Hirarki pertama untuk keuntungan, kedua untuk biaya, ketiga untuk peluang, dan keempat unutk risiko. Jika dalam beberapa kasus, hirarki tidak berlaku karena semua kriteria penting, sehingga tidak menggunakan hirarki itu. Untuk manfaat dan peluang, tentukan yang memberikan keuntungan paling besar atau menyajikan peluang terbesar untuk mempengaruhi pemenuhan dari kriteria kontrol. Untuk biaya dan risiko, tentukan apa yang menimbulkan sebagian biaya atau risiko terbesar yang dihadapi. Terkadang, perbandingan yang dibuat hanya dalam sisi manfaat, peluang, biaya, dan risiko secara agregat tanpa menggunakan kriteria dan subkriteria.
2.  Untuk setiap kriteria kontrol atau subkriteria, tentukan klaster dari sistem dengan elemen- elemen mereka.
3.   Untuk mengatur pengembangan model yang lebih bagus, untuk setiap kriteria kontrol, jumlah dan mengatur klaster dan elemen mereka dalam cara yang seharusnya (mungkin dalam bentuk kolom). Gunakan identik label untuk mewakili klaster dan elemen yang sama untuk setiap kriteria kontrol.
4.  Menentukan pendekatan yang ingin diikuti dalam analisis dari setiap klaster atau elemen, dipengaruhi oleh klaster dan elemen lainnya, atau mempengaruhi klaster lain dan elemen yang berhubungan dengan kriteria. Arti (yang dipengaruhi atau mempengaruhi) harus berlaku untuk semua kriteria untuk keempat hirarko kontrol.
5.   Untuk setiap kriteria kontrol, dibuat tabel tiga kolom yang menempatkan setiap label klaster pada kolom tengah. Daftar pada kolom kiri pada baris semua klaster yang mempengaruhi kluster, dan pada kolom yang disebelah kanan merupakan klaster yang dipengaruhi.
6.  Setelah setiap entri pada tabel di atas, dilakukan perbandingan berpasangan pada klaster sebagai yang mempengaruhi setiap klaster dan klaster yang dipengaruhi oleh kriteria. Bobot yang diperoleh digunakan untuk mengukur memboboti elemen–elemen dari kolom klaster yang terkait dari supermatriks yang sesuai untuk mengontrol kriteria. Menetapkan nilai nol bila tidak ada pengaruh.
7.   Lakukan perbandingan berpasangan pada elemen–elemen dalam klaster itu sendiri sesuai dengan pengaruh mereka pada setiap elemen di klaster lain yang terhubung ke mereka (atau elemen di klaster mereka sendiri). Perbandingan dibuat sehubungan dengan suatu kriteria atau subkriteria dengan hirarki kontrol
8.    Untuk setiap kriteria kontrol, dibangun supermatriks dengan meletakkan klaster ke dalam urutan penomoran mereka dan semua elemen pada klaster masing-masing baik secara vertikal di sebelah kiri dan horisontal di atas. Masukkan prioritas yang didapat dari perbandingan berpasangan pada posisi yang sesuai sebagai bagian (subkolom) dari kolom supermatriks tersebut sesuai.
9.    Hitunglah prioritas yang dibatasi untuk tiap supermatriks menurut apakah direduksi (primitif atau imprimitif) atau direduksi dengan satu menjadi akar sederhana atau ganda dan apakah sistem tersebut siklik atau tidak.
10. Mensintesis prioritas yang dibatasi dengan memboboti setiap supermatriks yang dibatasi dengan bobot dan kriteria kontrolnya dan menambahkan supermatriks-supermatriks hasil.
11.  Ulangi sintesis untuks setiap empat hirarki kontrol : pertama untuk manfaat, kedua untuk biaya, ketiga untuk peluang, dan keempat untuk risiko.
12. Mensintesis hasil dari empat hirarki kontrol dengan mengalikan manfaat dengan kesempatan dan membaginya antara biaya dikalikan dengan risiko. Kemudian, menampilkan alternatif prioritas tertinggi atau campuran alternatif yang diinginkan.

2.12 Penelitian Terdahulu dan Posisi Penelitian
Berdasarkan kajian literatur dari penelitian terdahulu, penelitian mengenai manajemen risiko telah banyak dilakukan, namun penelitian tentang manajemen risiko yang mempertimbangkan keterkaitan penyebab risiko dan keterkaitan risiko sejauh ini belum pernah dilakukan. Penelitian mengenai keterkaitan risiko relatif masih sedikit, seperti yang diungkapkan oleh Pfohl (2011).
Risiko di dalam rantai pasok tidak hanya di identifikasi sebagai kejadian yang terisolasi karena ada keterkaitan dengan risiko lain yang penting untuk memahami dampak risiko pada jaringan rantai pasok secara keseluruhan (Kayis dan Karningsih, 2012). Identifikasi hubungan sebab-akibat sangat penting karena ada pengaruh tersembunyi dari risiko yang berkaitan dengan risiko lain yang menyebabkan kerusakan secara subtansial. Dengan demikian, pemahaman yang baik tentang variasi sumber risiko dan keterkaitan risiko rantai pasok akan membantu dalam memahami dampak pada jaringan rantai pasok sehingga memudahkan manager perusahaan mengambil tindakan strategi untuk mengurangi risiko yang bisa terjadi di dalam perusahaan (Chopra and Sodhi, 2004).
Beberapa penelitian terdahulu yang telah membahas tentang manajemen risiko rantai pasok yang mempertimbangkan keterkaitan risiko pada rantai pasok dapat ditunjukkan pada tabel 2. 2 di bawah ini antara lain :







  Research Gap untuk penelitian ini